Kamis, 17 April 2014

BANGGAKAH KITA PUNYA PESAWAT KEPRESIDENAN RI

Print Friendly and PDF
Tentunya kita bangga telah memiliki pesawat kepresidenan sendiri dan tidak sewa lagi ke PT. Garuda Indonesia.  Walaupun komentar-komentar pro-kontra di dunia maya/jejaring sosial sampai saat ini masih ramai dibicarakan.  Sebenarnya, dengan memiliki pesawat kepresidenan sendiri berarti menunjukkan sebuah prestise bahwa negara kita telah dapat disejajarkan dengan negara-negara makmur yang presiden-presidennya sudah mempunyai pesawat khusus buat keperluan kenegaraan presidennya.  Seperti USA dengan pesawat Force One untuk presidennya.





Disamping itu dari sisi anggaran belanja, membeli pesawat ternyata lebih efesien daripada sewa.  Belanja untuk sewa pesawat kepresidenan selama 35 tahun menelan biaya USD 849.266.674,79.  Sebaliknya kalau beli pesawat tersebut hanya mengeluarkan biaya USD 463.325.992,31.  Jadi bisa menghemat (efesiensi) USD 385.940.682,48.


13732706501807461308


Bila dilihat dari fungsionalnya, pesawat kepresidenan ini sangat bermanfaat bagi acara-acara kunjungan kenegaraan ke luar negeri.  Presiden kita akan sangat bangga bila berkunjung ke negara lain kemudian mendarat dengan pesawat bukan sewaan.  Sebagaimana bangganya Presiden Barack Obama ketika turun dari tangga pesawat Force One-nya.

Tapi bila dikaitkan dengan wilayah kerja presiden di dalam negeri, yang wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke, jenis pesawat Boeing ini tidaklah tepat.  Jenis pesawat kepresidenan yang tepat untuk digunakan di dalam negeri adalah pesawat jenis helikopter.  Tentunya helikopternya didesain semewah dan secanggih mungkin.  Untuk pekerjaan itu, PT. Dirgantara Indonesia akan mampu menyelesaikannya. Sehingga kita tidak perlu mengeluarkan devisa untuk membeli helikopter, cukup dengan helikopter buatan PT. DI.



Kenapa harus helikopter? Karena helikopter itu simpel dan praktis.  Bila presiden hendak menghadiri rapat di Balai Kota DKI Jakarta, tidak perlu menutup jalan-jalan yang akan dilewati presiden.  Karena itu akan menambah kemacetan di Jakarta.   Begitu juga bila ingin meninjau daerah banjir dan perkampungan kumuh di kota-kota, lebih leluasa bila dilihat dan dipantau dari udara.   Dan itu semua hanya bisa dilakukan dengan helikopter dan tidak bisa dilakukan dengan pesawat jenis boeing.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik. Blog ini mengaktifkan fitur moderasi. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi