Senin, 27 Januari 2014

MENCARI SOLUSI ATASI BANJIR

Print Friendly and PDF
Oleh : H. CARDIMAN, SP, MP*)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian banjir adalah (1) berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-menerus, sungai itu --; (2) air yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda --; (3) peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat; (4)  datang (ada) banyak sekali: menjelang Lebaran di pasar – petasan.

Kalau kita cermati definisi banjir di atas menunjukkan adanya volume air yang banyak, meluap dan mengalir deras serta menenggelamkan daratan. Itu semua merupakan peristiwa yang terjadi di atas permukaan tanah.  Sebaliknya, apabila ada volume air yang banyak, tetapi tidak meluap dan tidak menenggelamkan daratan, walaupun airnya mengalir dengan deras, itu bukan merupakan banjir atau tidak disebut sebagai banjir.

Berangkat dari pemahaman sederhana tentang banjir seperti diuraikan di muka, ada 4 (empat) solusi untuk mengatasi banjir yaitu : (1) Menghindarkan banjir dari masyarakat; (2) Menghindarkan masyarakat dari banjir; (3) Membiasakan masyarakat untuk hidup bersama banjir; dan (4) Gabungan dari solusi 1, 2 dan 3.

Solusi pertama yaitu menghindarkan banjir dari masyarakat artinya memindahkan atau membelokan arah banjir dari pemukiman/tempat aktifitas masyarakat.  Caranya dengan membuat sungai-sungai besar bawah tanah. Maksudnya agar luapan air banjir di permukaan tanah dapat langsung dialirkan melalui sungai-sungai bawah tanah.  Sehingga tidak ada luapan air yang mengalir deras di permukaan tanah.

Kenapa harus sungai bawah tanah? Karena kalau hanya dengan mengandalkan  menormalisasi saluran sungai dan  membuat kanal-kanal seperti Bendung Kanal Timur yang sifatnya dipermukaan tanah, ternyata hasilnya terbukti tidak efektif untuk menanggulangi banjir.  Atau seperti gagasan untuk menyodet sungai Cisadane untuk mengalirkan sebagian air luapan dari sungai Ciliwung.  Gagasan ini pun tidak akan efektif, terbukti belum apa-apa Perpov Banten menolak mentah-mentah rencana tersebut. Karena gagasan tersebut hanya akan mengurangi beban banjir masyarakat Jakarta, tetapi akan menambah beban banjir masyarakat Banten akibat tambahan beban banjir dari sungai Ciliwung yang mengalir ke sungai Cisadane.

Grand design sungai-sungai bawah tanah, mungkin dimulai dari titik-titik bendung di wilayah hulu (seperti Bendung Katulampa, dst) terus dialirkan di bawah tanah sampai bermuara di Laut Jawa dan/atau Selat Sunda.

Solusi kedua yakni menghindarkan masyarakat dari banjir, maksudnya memindahkan atau merelokasi masyarakat dari tempat-tempat yang secara rutin selalu terkena banjir.  Solusi kedua ini lebih tepat diterapkan bagi masyarakat yang tinggal di bantaran kali atau di tempat-tempat tertentu yang rawan banjir.  Sehingga masyarakat benar-benar terhindar dari banjir.

Solusi ketiga yaitu membiasakan masyarakat untuk hidup bersama banjir, artinya apabila solusi pertama dan kedua belum bisa dilaksanakan atau masih dalam tahap perencanaan dan/atau tahap pelaksanaan, maka solusi untuk hidup bersama banjir merupakan solusi yang elegan.  Dimana masyarakat yang secara rutin selalu terkena banjir agar dibikin enjoy bila ada banjir.  Caranya yakni dengan merubah persepsi masyarakat yang selama ini memandang banjir sebagai musibah harus dirubah berpersepsi bahwa banjir bukan merupakan musibah tetapi merupakan suatu berkah.

Selanjutnya, untuk membuat masyarakat enjoy dengan banjir, maka perlu di desain ulang model-model rumah tempat tinggal dan infrastruktur lingkungannya.  Tugas kita semua untuk menemukan model tempat tinggal beserta sarana pendukungnya yang pas buat saat banjir maupun tidak banjir.  Jadi bila ada banjir, masyarakat tidak perlu mengungsi karena di dalam rumahnya masih aman dan sarana pendukung lainnya seperti listrik tidak padam, air bersih masih tersedia dan sarana transportasi masih lancar.  Seperti ini lah konsep ideal lingkungan tempat tinggal yang ramah terhadap banjir.

Solusi keempat merupakan solusi gabungan dari solusi pertama, kedua dan ketiga.  Solusi ini mungkin merupakan solusi paripurna, karena berupaya mengatasi banjir melalaui pendekatan objek, subjek dan interaksi antara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik. Blog ini mengaktifkan fitur moderasi. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi