Selasa, 29 Oktober 2013

MENGHITUNG PELUANG PENYEDIAAN 50.000 LAPANGAN KERJA DI KOTA BEKASI

Print Friendly and PDF
Oleh : H. CARDIMAN, SP., MP. *)



Dalam teori ekonomi makro, unemployment (pengangguran) merupakan bagian penting dari faktor-faktor utama dalam analisis ekonomi suatu daerah/wilayah.   Faktor utama lainya antara lain: pertumbuhan ekonomi (LPE), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan penduduk (LPP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), inflasi dan kebijakan moneter.
Secara ekonomi, pengangguran berkaitan erat dengan ketersediaan lapangan kerja.  Sedangkan ketersediaan lapangan kerja berkorelasi erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah.  Jadi apabila suatu daerah mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, maka sudah bisa dipastikan bahwa ketersediaan lapangan kerja daerah tersebut tinggi pula.  Begitu juga sebaliknya, bila laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah rendah, maka kedersediaan lapangan kerja di daerah tersebut sangat terbatas.

Mungkinkah Program Penyediaan 50.000 Lapangan Kerja di Kota Bekasi Bisa Tercapai?
Untuk menjawabnya diperlukan beberapa analisis, salah satunya analisis ketenagakerjaan.  Analisis ini merupakan salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja, serapan tenaga kerja, forcase kebutuhan tenaga kerja dan segala hal yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. 

Berdasarkan kajian ketenagakerjaan yang telah dilakukan oleh penulis saat bekerja di Bappeda Kota Bekasi tahun 2010, bahwa penyerapan tenaga kerja (TK) dapat dihitung dengan cara membandingkan antara selisih tenaga kerja (∆TK) dari penyerapan tenaga kerja pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja pada tahun t-1 (TKt-1) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).

Formula perhitungannya sebagai berikut:
Penyerapan TK =  ∆TK / LPE; dimana:
∆TK  : Selisih dari penyerapan tenaga kerja pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja pada tahun t-1 (TKt-1) atau  (TKt) - (TKt-1).
LPE : Laju Pertumbuhan Ekonomi.

Formula perhitungan penyerapan tenaga kerja di atas dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja.  Artinya seberapa banyak tenaga kerja yang dapat terserap untuk setiap kenaikan 1%  LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi).

Dari hasil kalkulasi data pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik Kota Bekasi selama tahun 2005-2010 diperoleh rata-rata selisih penyerapan  tenaga kerja ∆TK  = 95.313 tenaga kerja  dan rata-rata pertumbuhan ekonomi LPE = 5,50% sehingga penyerapan tenaga kerja per 1% LPE (TK) = 17.323 tenaga kerja.  Artinya setiap pertumbuhan ekonomi 1% dapat menyerap tenaga kerja atau menyediakan lapangan kerja sebanyak 17.323 tenaga kerja.

Merujuk pada hasil perhitungan di atas, bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun 5,50% dengan demikian lapangan kerja yang akan tersedia sebanyak 5,50 x 17.323 = 95.276,50 lapangan kerja per tahun.  Bila masa kepemimpinan walikota dan wakil walikota untuk satu periode adalah lima tahun, maka Walikota Dr. H. Rahmat Effendi dan Wakil Walikota H. Ahmad Syaikhu akan mampu menyediakan lapangan kerja sebanyak 476.382,5 lapangan kerja per lima tahun.  Ini berarti capaian kinerjanya (dalam bidang penyediaan lapangan kerja) akan mencapai 952,77%.  Wow....luar biasa sekali!!.



Sektor Ekonomi Riil
Biro Pusat Statistik merilis ada 11 sektor usaha di Kota Bekasi yang dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan serapan tenaga kerjanya yaitu pelayanan kesehatan, lembaga pendidikan, perdagangan, hotel, keuangan, industri pengolahan, jasa perusahaan, restoran, pariwisata/hiburan, bangunan/property dan jasa-jasa lainnya. 

Industri pengolahan merupakan jenis usaha yang porsi menyerapan tenaga kerjanya paling besar yakni 68,71% disusul usaha perdagangan, jasa perusahaan dan pelayanan kesehatan masing-masing menyerap tenaga kerja 13,84%, 6,03% dan 5,39%.  Sedangkan jenis usaha yang paling sedikit serapan tenaga kerjanya yaitu bangunan/property dan pariwisata/hiburan masing-masing 0,25% dan 0,19%.

Selain 11 sektor usaha di atas, perekonomian Kota Bekasi selama ini ditopang oleh sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi.  UMKM unggulan Kota Bekasi yang selama ini menjadi penggerak perekonamian lokal, diantaranya : UMKM boneka, furniture, handycraft, ikan hias, konveksi, makanan dan minuman, petrnakan, sepatu/sandal, dan tanaman hias.  Serapan tenaga kerja dari sektor UMKM-UMKM tersebut mencapai 2.131 tenaga kerja.  Sedangkan serapan tenaga kerja sektor koperasi mencapai 1.666 tanaga kerja yang tersebar di 520 koperasi.

Akselerasi Penyediaan Lapangan Kerja
Paparan di atas menunjukkan bahwa penyediaan lapangan kerja bagi 50.000 orang bukan merupakan omong kosong atau hoak belaka.  Secara akademis bisa dibuktikan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,50%, Kota Bekasi bisa menyedikan lapangan kerja sebanyak 95.276,50 lapangan kerja per tahun. 

Namun demikian, untuk lebih memperluas dan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja, maka diperlukan upaya-upaya perbaikan dan percepatan (acceleration) terhadap hal-hal yang paling mendasar bagi terciptanya iklim usaha yang kondusif.

Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif maka akan menarik investor untuk berinvestasi di Kota Bekasi.  Dampaknya investasi akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi.  Pertumbuhan ekonomi tinggi, maka ketersediaan lapangan kerja menjadi lebih banyak.

Untuk mewujudkan terciptanya iklim usaha yang kondusif, maka hal-hal mendasar yang perlu dilakukan Pemerintah Kota Bekasi antara lain : (1) Peningkatan dan perbaiakan pelayanan perizinan, (2) kaji ulang perda dan perwal yang tidak mendukung bagi terciptanya iklim usaha yang kondusif, (3) Terapkan sistem insentif dan disentif, (4) Perbaikan infrastruktur jalan dan utilitas kota, (5) Penyediaan SDM sesuai kebutuhan lapangan kerja melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja, (6) Memperkuat kebijakan usaha bagi UMKM dan koperasi, dan (7) Mengoptimalkan penggunaan dana bergulir bagi UMKM dan koperasi.

Bila langkah-langkah di atas dapat dilaksanakan, pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi dapat melampaui LPE nasional dan Kota Bekasi akan menjadi kota yang “maju” dan “sejahtera” di bidang ekonomi sebagaimana visinya yaitu “Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan”.


*)  penulis adalah Kepala Bidang Akuntansi pada BPKAD Kota Bekasi, alumni Magister Manajemen Pembangunan Daerah, IPB-Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik. Blog ini mengaktifkan fitur moderasi. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi