Oleh : H. CARDIMAN, SP., MP. *)
Dalam teori ekonomi makro, unemployment (pengangguran) merupakan
bagian penting dari faktor-faktor utama dalam analisis ekonomi suatu
daerah/wilayah. Faktor utama lainya
antara lain: pertumbuhan ekonomi (LPE), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
pertumbuhan penduduk (LPP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), inflasi dan
kebijakan moneter.
Secara ekonomi, pengangguran
berkaitan erat dengan ketersediaan lapangan kerja. Sedangkan ketersediaan lapangan kerja
berkorelasi erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Jadi apabila suatu daerah mempunyai tingkat
pertumbuhan ekonomi tinggi, maka sudah bisa dipastikan bahwa ketersediaan
lapangan kerja daerah tersebut tinggi pula.
Begitu juga sebaliknya, bila laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
rendah, maka kedersediaan lapangan kerja di daerah tersebut sangat terbatas.
Mungkinkah
Program Penyediaan 50.000 Lapangan Kerja di Kota Bekasi Bisa Tercapai?
Untuk menjawabnya diperlukan
beberapa analisis, salah satunya analisis ketenagakerjaan. Analisis ini merupakan salah satu teknik
analisis yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja, serapan tenaga kerja, forcase kebutuhan tenaga kerja dan
segala hal yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan.
Berdasarkan kajian
ketenagakerjaan yang telah dilakukan oleh penulis saat bekerja di Bappeda Kota
Bekasi tahun 2010, bahwa penyerapan tenaga kerja (TK) dapat dihitung dengan
cara membandingkan antara selisih tenaga kerja (∆TK) dari penyerapan tenaga
kerja pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja pada tahun t-1
(TKt-1) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Formula perhitungannya
sebagai berikut:
Penyerapan TK = ∆TK / LPE; dimana:
∆TK
: Selisih dari penyerapan tenaga kerja
pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja pada tahun t-1 (TKt-1) atau (TKt) - (TKt-1).
LPE
: Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Formula perhitungan
penyerapan tenaga kerja di atas dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar
dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya seberapa banyak tenaga kerja yang
dapat terserap untuk setiap kenaikan 1%
LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi).
Dari hasil kalkulasi data
pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik
Kota Bekasi selama tahun 2005-2010 diperoleh rata-rata selisih penyerapan tenaga kerja ∆TK = 95.313 tenaga kerja dan rata-rata pertumbuhan ekonomi LPE = 5,50%
sehingga penyerapan tenaga kerja per 1% LPE (TK) = 17.323 tenaga kerja. Artinya setiap pertumbuhan ekonomi 1% dapat menyerap
tenaga kerja atau menyediakan lapangan kerja sebanyak 17.323 tenaga kerja.
Merujuk pada hasil
perhitungan di atas, bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun 5,50% dengan
demikian lapangan kerja yang akan tersedia sebanyak 5,50 x 17.323 = 95.276,50
lapangan kerja per tahun. Bila masa
kepemimpinan walikota dan wakil walikota untuk satu periode adalah lima tahun,
maka Walikota Dr. H. Rahmat Effendi dan Wakil Walikota H. Ahmad Syaikhu akan
mampu menyediakan lapangan kerja sebanyak 476.382,5 lapangan kerja per lima
tahun. Ini berarti capaian kinerjanya
(dalam bidang penyediaan lapangan kerja) akan mencapai 952,77%. Wow....luar biasa sekali!!.
Sektor
Ekonomi Riil
Biro Pusat Statistik merilis
ada 11 sektor usaha di Kota Bekasi yang dapat mendongkrak laju pertumbuhan
ekonomi berdasarkan serapan tenaga kerjanya yaitu pelayanan kesehatan, lembaga
pendidikan, perdagangan, hotel, keuangan, industri pengolahan, jasa perusahaan,
restoran, pariwisata/hiburan, bangunan/property dan jasa-jasa lainnya.
Industri pengolahan merupakan
jenis usaha yang porsi menyerapan tenaga kerjanya paling besar yakni 68,71%
disusul usaha perdagangan, jasa perusahaan dan pelayanan kesehatan masing-masing
menyerap tenaga kerja 13,84%, 6,03% dan 5,39%.
Sedangkan jenis usaha yang paling sedikit serapan tenaga kerjanya yaitu
bangunan/property dan pariwisata/hiburan masing-masing 0,25% dan 0,19%.
Selain 11 sektor usaha di
atas, perekonomian Kota Bekasi selama ini ditopang oleh sektor Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi. UMKM
unggulan Kota Bekasi yang selama ini menjadi penggerak perekonamian lokal,
diantaranya : UMKM boneka, furniture, handycraft, ikan hias, konveksi, makanan
dan minuman, petrnakan, sepatu/sandal, dan tanaman hias. Serapan tenaga kerja dari sektor UMKM-UMKM
tersebut mencapai 2.131 tenaga kerja.
Sedangkan serapan tenaga kerja sektor koperasi mencapai 1.666 tanaga
kerja yang tersebar di 520 koperasi.
Akselerasi
Penyediaan Lapangan Kerja
Paparan di atas menunjukkan
bahwa penyediaan lapangan kerja bagi 50.000 orang bukan merupakan omong kosong
atau hoak belaka. Secara akademis bisa dibuktikan bahwa dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,50%, Kota Bekasi bisa menyedikan lapangan kerja
sebanyak 95.276,50 lapangan kerja per tahun.
Namun demikian, untuk lebih
memperluas dan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja, maka diperlukan
upaya-upaya perbaikan dan percepatan (acceleration)
terhadap hal-hal yang paling mendasar bagi terciptanya iklim usaha yang
kondusif.
Dengan terciptanya iklim
usaha yang kondusif maka akan menarik investor untuk berinvestasi di Kota
Bekasi. Dampaknya investasi akan
meningkat dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi tinggi, maka ketersediaan
lapangan kerja menjadi lebih banyak.
Untuk mewujudkan terciptanya
iklim usaha yang kondusif, maka hal-hal mendasar yang perlu dilakukan
Pemerintah Kota Bekasi antara lain : (1) Peningkatan dan perbaiakan pelayanan
perizinan, (2) kaji ulang perda dan perwal yang tidak mendukung bagi
terciptanya iklim usaha yang kondusif, (3) Terapkan sistem insentif dan
disentif, (4) Perbaikan infrastruktur jalan dan utilitas kota, (5) Penyediaan
SDM sesuai kebutuhan lapangan kerja melalui peningkatan pendidikan dan
pelatihan ketrampilan kerja, (6) Memperkuat kebijakan usaha bagi UMKM dan
koperasi, dan (7) Mengoptimalkan penggunaan dana bergulir bagi UMKM dan
koperasi.
Bila langkah-langkah di atas
dapat dilaksanakan, pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi dapat melampaui LPE
nasional dan Kota Bekasi akan menjadi kota yang “maju” dan “sejahtera” di
bidang ekonomi sebagaimana visinya yaitu “Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan”.
*) penulis
adalah Kepala Bidang Akuntansi pada BPKAD Kota Bekasi, alumni Magister
Manajemen Pembangunan Daerah, IPB-Bogor.
Tweet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik. Blog ini mengaktifkan fitur moderasi. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi