Oleh : H. CARDIMAN, SP, MP*)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengertian banjir adalah (1) berair banyak dan deras,
kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-menerus, sungai itu
--; (2) air yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu
sering dilanda --; (3) peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn
volume air yg meningkat; (4) datang
(ada) banyak sekali: menjelang Lebaran di pasar – petasan.
Kalau kita cermati definisi banjir
di atas menunjukkan adanya volume air yang banyak, meluap dan mengalir deras
serta menenggelamkan daratan. Itu semua merupakan peristiwa yang terjadi di
atas permukaan tanah. Sebaliknya,
apabila ada volume air yang banyak, tetapi tidak meluap dan tidak
menenggelamkan daratan, walaupun airnya mengalir dengan deras, itu bukan
merupakan banjir atau tidak disebut sebagai banjir.
Berangkat dari pemahaman sederhana tentang
banjir seperti diuraikan di muka, ada 4 (empat) solusi untuk mengatasi banjir
yaitu : (1) Menghindarkan banjir dari masyarakat; (2) Menghindarkan masyarakat
dari banjir; (3) Membiasakan masyarakat untuk hidup bersama banjir; dan (4)
Gabungan dari solusi 1, 2 dan 3.
Solusi pertama yaitu menghindarkan
banjir dari masyarakat artinya memindahkan atau membelokan arah banjir dari
pemukiman/tempat aktifitas masyarakat. Caranya
dengan membuat sungai-sungai besar bawah tanah. Maksudnya agar luapan air
banjir di permukaan tanah dapat langsung dialirkan melalui sungai-sungai bawah
tanah. Sehingga tidak ada luapan air
yang mengalir deras di permukaan tanah.
Kenapa harus sungai bawah tanah? Karena
kalau hanya dengan mengandalkan menormalisasi saluran sungai dan membuat kanal-kanal seperti Bendung Kanal
Timur yang sifatnya dipermukaan tanah, ternyata hasilnya terbukti tidak efektif
untuk menanggulangi banjir. Atau seperti
gagasan untuk menyodet sungai Cisadane untuk mengalirkan sebagian air luapan
dari sungai Ciliwung. Gagasan ini pun
tidak akan efektif, terbukti belum apa-apa Perpov Banten menolak mentah-mentah
rencana tersebut. Karena gagasan tersebut hanya akan mengurangi beban banjir
masyarakat Jakarta, tetapi akan menambah beban banjir masyarakat Banten akibat
tambahan beban banjir dari sungai Ciliwung yang mengalir ke sungai Cisadane.
Grand design sungai-sungai bawah tanah, mungkin dimulai dari
titik-titik bendung di wilayah hulu (seperti Bendung Katulampa, dst) terus
dialirkan di bawah tanah sampai bermuara di Laut Jawa dan/atau Selat Sunda.
Solusi kedua yakni menghindarkan
masyarakat dari banjir, maksudnya memindahkan atau merelokasi masyarakat dari
tempat-tempat yang secara rutin selalu terkena banjir. Solusi kedua ini lebih tepat diterapkan bagi
masyarakat yang tinggal di bantaran kali atau di tempat-tempat tertentu yang
rawan banjir. Sehingga masyarakat
benar-benar terhindar dari banjir.
Solusi ketiga yaitu membiasakan
masyarakat untuk hidup bersama banjir, artinya apabila solusi pertama dan kedua
belum bisa dilaksanakan atau masih dalam tahap perencanaan dan/atau tahap
pelaksanaan, maka solusi untuk hidup bersama banjir merupakan solusi yang
elegan. Dimana masyarakat yang secara
rutin selalu terkena banjir agar dibikin enjoy bila ada banjir. Caranya yakni dengan merubah persepsi
masyarakat yang selama ini memandang banjir sebagai musibah harus dirubah
berpersepsi bahwa banjir bukan merupakan musibah tetapi merupakan suatu berkah.
Selanjutnya, untuk membuat
masyarakat enjoy dengan banjir, maka perlu di desain ulang model-model rumah
tempat tinggal dan infrastruktur lingkungannya.
Tugas kita semua untuk menemukan model tempat tinggal beserta sarana
pendukungnya yang pas buat saat banjir maupun tidak banjir. Jadi bila ada banjir, masyarakat tidak perlu
mengungsi karena di dalam rumahnya masih aman dan sarana pendukung lainnya
seperti listrik tidak padam, air bersih masih tersedia dan sarana transportasi
masih lancar. Seperti ini lah konsep
ideal lingkungan tempat tinggal yang ramah terhadap banjir.
Solusi keempat merupakan solusi
gabungan dari solusi pertama, kedua dan ketiga.
Solusi ini mungkin merupakan solusi paripurna, karena berupaya mengatasi
banjir melalaui pendekatan objek, subjek dan interaksi antara keduanya.
Tweet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik. Blog ini mengaktifkan fitur moderasi. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi