Cita-cita mulia para pendiri
Bangsa (founding fathers) Indonesia
yang telah didokumentasikan dalam pembukaan UUD 1945, yakni ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa, kini telah digaungkan kembali oleh komunitas expert yang tergabung dalam Asosiasi Prakarsa
Indonesia Cerdas (APIC) dalam kongresnya yang pertama kali diselenggarakan bertempat
di Indonesia Convention Exhibition
Bumi Serpong Damai (ICE BSD) Tangerang Banten pada tanggal 22 September 2017.
Bedanya, dalam mewujudkan Bangsa
Indonesia yang cerdas, para founding
fathers memperjuangkannya melalui jalur pendidikan baik bersifat formal
maupun non formal. Sedangkan komunitas
APIC ingin merealisasikannya lewat konsep Smart
City (Kota Cerdas).
Rumusan hasil kongres APIC ke-1
yang dirangkum dari hasil diskusi panel dan paparan kompartemen Smart Citizen, Smart Healthcare, Smart
Safety Security and Disaster Management, Smart Economy, Smart Tourism and
Culture dan Smart Energy and Evironment.
Dituangkan dalam bentuk Resume
Kongres APIC.
Resume dari kompartemen Smart Citizen and Community menghasilkan
tiga rekomendasi yaitu 1) Peran manusia dalam smart city dapat sebagai resource,
enabler, maupun user. 2) Inklusivitas diberbagai sektor perlu
dibangun untuk menghilangkan sekat sosial di masyarakat. Dan 3) Komunitas akan
menjadi motor penggerak utama dalam smart
city.
Kompartemen Smart Helthcare menghasilkan rekomendasi: 1) Membangun masyarakat
yang dapat mengelola kesehatan pribadi secara mandiri. 2) Germas dan Prokesga
merupakan program nasional di bidang kesehatan yang perlu dijadikan fokus utama
dalam membangun integrasi Smart-X
lintas sektoral. Dan 2) Program bottom up
seperti Personal Health Record dapat
menjadi salah satu kunci dalam implementasi Smart
Healthcare.
Kompartemen Smart Safety, Security and Disaster Management merekomendasikan :
1) Ancaman terbesar di masa depan pada sektor keamanan antara lain : ancaman ke
Critical Infrastructure, Cyber Attack to
Indusrial Sector dan Bio-Chemical
Attacks. Dan 2) Untuk mengatasi ancaman tersebut dapat diwujudkan dengan
langkah-langkah: mengumpulkan data dari berbagai sensor (sensor drone, water solution sensor, laporan masyarakat melalui
smart phone, dll). Data yang terkumpul
akan masuk dan diolah menggunakan DSS (Decission
Support System) dan dianalisa. Selanjutnya sebagai bahan bagi penanggungjawab melakukan keputusan
untuk menangani ancaman yang ada.
Kompartemen Smart Economy menghasilkan rekomendasi : 1) Tantangan utama dalam Smart Economy yakni daya beli, pola
penganggaran, serta regulasi dan kebijakan. 2) Ancamannya berupa distruptive
economy (e-commerce dari luar yang
bisa menghancurkan UKM lokal). Dan 3) Untuk mengatasinya diperlukan kepedulian
Pemerintah Daerah, Sharing
infrastructure, standard platform,dan kolaborasi talenta lokal.
Kompartemen Smart Energy and Environment merekomendasikan : 1) Fokus penerapan
teknologi organik dan anorganik untuk solusi perkotaan. 2) Memastikan
tercukupinya kebutuhan energy minimal perkotaan. Dan 3) Salah satu potensi solusi
yaitu dengan memanfaatkan sampah yang dihasilkan masyarakat.
Kompartemen Tourism and Culture merekomendasikan : 1) Pariwisata telah
menghasilkan ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dan menjadi salah satu
sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Dan 2)
Potensi pariwisata yang ada di Indonesia sangat beragam dan masih banyak solusi
cerdas yang dapat diimplementasikan untuk
pengelolaan maupun meningkatkan utilisasi potensi tersebut.
Sedangkan dalam diskusi panel direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Untuk mewujudkan Smart City, proses bisnis yang
berjalan harus mengalami perubahan,
tidak bisa hanya mengandalkan proses yang berjalan saat ini. 2) Untuk
mendukungnya diperlukan adanya leadership dan pembagian peran anatar
stakeholders, pemanfaatan teknologi untuk membantu dalam pengumpulan data dan
dapat digunakan untuk proses analisis dan perencanaan, serta integrasi antar
berbagai bidang/sektor. Dan 3) Tanpa
adanya perubahan perilaku manusia dalam implementasi Smart City, maka benefit yang diharapkan dapat tidak terwujud. Perubahan perilaku tersebut memerlukan adanya
kesepakatan dan norma baru yang akan dijalankan.
CARDIMAN
Anggota APIC